Cerita Penjual Kerupuk Bisa Berangkat ke Tanah Suci

Nur Hasanah, 49, seorang wanita penjual kerupuk yang kini akan berangkat haji. (Dok: Humas Embarkasi Surabaya)

Jurnas.net – Banyak cerita inspiratif mengandung hikmah setiap musim haji tiba. Seperti yang dikisahkan Nur Hasanah, 49, seorang wanita penjual kerupuk yang kini mewujudkan mimpinya untuk menunaikan Ibadah Haji.

Nur Hasanah merupakaan calon haji yang tergabung dalam kloter 43 asal Probolinggo, Jawa Timur. Dalam sehari-harinya, dia berjualan kerupuk di Pasar Wonoasih, Probolinggo.

“Saya berjualan kerupuk renteng di pasar mulai jam 03.00 WIB dini hari sampai jam 10.00 WIB pagi. Ya tergantung ramai atau tidaknya. Kalau sepi, jam 09.00 sudah pulang. Namanya jualan, terkadang sepi terkadang ramai,” katanya.

Dia mengaku menggoreng dan mengemas kerupuknya sendiri. “Alhamdulillah kini saya bisa mempekerjakan orang untuk membantu saya menggoreng dan membungkus kerupuk. Kalau kerupuk mentahnya, saya mengambil dari Sidoarjo,” ujarnya.

Baca Juga : Kisah Inspiratif Buruh Cangkul Wujudkan Impian Berangkat Haji

Ia tak menyangka jika seorang penjual kerupuk seperti dirinya bisa mendapat panggilan untuk berangkat haji. Meskipun kondisi keduanya sama-sama menderita sakit stroke, keduanya tetap bisa berangkat haji.

“Suami saya juga sudah 3 tahun ini sakit stroke tetapi Alhamdulillah kami bisa berangkat. Alhamdulillah barokah, sambil dibantu suami saya bertani saat itu. Kalau sekarang suami sudah tidak kerja lagi karena sakit stroke,” ujarnya.

Nur mengenang awal mula dia mendaftar haji pada 2011. “Saya dan suami, Pak Kholili dari dulu ingin mendaftar haji tetapi uang kami saat itu belum mencukupi,” katanya.

Kebetulan saat itu ada BMT Syariah yang menawarkan dana talangan haji. “Saat itu, saya punya uang sebelas juta, kurang 14 juta, saya pun pinjam ke BMT. Dalam waktu satu tahun, saya bisa melunasi hutang saya di BMT,” ujarnya.

Baca Juga : Kisah Inspiratif Tukang Pijat Asal Surabaya Bisa Naik Haji Setelah 24 Tahun Menabung

Sambil menunggu masa keberangkatannya, Nur rutin menabung di BMT. “Setiap hari saya menabung kadang Rp5 ribu, kadang Rp10 ribu. Tiap hari Jumat libur. Ketika nabung pada hari Sabtu, saya nabung untuk jatah dua hari,” jelasnya.

Nur Hasanah dan suami tercintanya, Kholili mestinya tahun ini berangkat bertiga bersama ibunda. Namun takdir berkata lain, sang ibunda telah mendahului menghadap Ilahi. Di tanah suci nanti dia akan memanjatkan doa terbaiknya untuk ibunda tercinta serta untuk anak-anak beserta keluarga di tanah air. Dia juga ingin memanjatkan doa untuk kesembuhan sakitnya dan suaminya. “Semoga diijabah Allah SWT,” pungkasnya.