Gerobak Jamu Antar Nenek Diyem ke Baitullah Setelah 55 Tahun Jualan

Diyem Wiryo Rejo, 65, penjual jamu di Kota Mojokerto yang hendak berangkat haji. (Insani/Jurnas.net)

Jurnas.net – Menunaikan ibadah haji menjadi impian ummat Islam. Tak terkecuali Diyem Wiryo Rejo, 65, warga Gedongan, Kota Mojokerto, Jawa Timur.

Untuk mewujudkan impian itu, butuh perjuangan, kerja keras dan iman yang kuat. Seperti yang dialami Nenek Diyem, sapaan akrabnya. Setelah puluhan tahun berjualan jamu keliling, perempuan tangguh ini akhirnya akan menunaikan ibadah haji, rukun Islam kelima.

“Alhamdulillah, saya daftar haji sejak tahun 2012. Dan sekarang, 2025, akhirnya bisa berangkat ke Tanah Suci. Rasanya bahagia sekali,” kata Nenek Diyem, Rabu, 14 Mei 2025.

Perjalanan menuju Baitullah bukan perkara mudah bagi Diyem. Ia mulai menabung sedikit demi sedikit dari hasil berjualan jamu keliling. Saat tabungan di rumah terkumpul satu juta rupiah, uang itu ia simpan di bank sebagai bentuk keseriusannya.

“Kalau lagi ada rezeki, sebulan bisa kumpul sejuta. Kalau tidak, bisa berbulan-bulan. Tapi saya tetap semangat, karena dari situ saya bisa mulai membangun mimpi,” kata ibu tiga anak ini.

Dalam kurun waktu sekitar 10 tahun, ia akhirnya berhasil mengumpulkan Rp25 juta, cukup untuk mendaftar haji bersama suaminya yang bekerja sebagai penjual nasi goreng.

Keinginan berhaji sebenarnya telah muncul sejak lama, tapi belum menjadi prioritas utama. “Teman saya bilang, kalau ada tabungan, mending daftar haji saja. Dari situ saya merasa terpanggil,” kenangnya.

Baca Juga : Kisah Penjahit Lansia Jember 13 Tahun Menabung Demi Berangkat Haji Meski Tanpa Kaki

Dari hasil mendorong gerobak jamu, Bu Diyem rata-rata meraih keuntungan harian antara Rp100 ribu hingga Rp200 ribu. “Kalau sepi ya tidak tentu, yang penting balik modal,” ujarnya, mengingat masa-masa sulitnya berdagang sejak usia 11 tahun di tahun 1970.

Ia dahulu memikul jamu keliling dengan gendongan. Saat anak-anak seusianya bermain, ia sudah berjalan dari rumah ke rumah demi membantu ekonomi keluarga. “Kalau tidak ada yang beli, saya duduk istirahat dulu. Rasanya berat sekali,” katanya.

Kini, 55 tahun kemudian, jerih payah itu terbayar lunas. Ia menjadi tamu Allah, bersama sang suami, menapaki Tanah Suci.

“Saya masih jualan sampai sekarang, ini baru libur karena mau haji. Anak-anak melarang, tapi saya masih sehat dan bisa mandiri,” ucapnya.

Nenek Diyem dijadwalkan terbang ke Tanah Suci pukul 10.20 WIB, Kamis, 15 Mei 2025. Kisahnya menjadi inspirasi tidak ada perjuangan yang sia-sia, dan setiap tetes keringat bisa menjadi jalan menuju surga. “Semoga saya dan suami diberikan kelancaran dalam ibadah nanti,” pungkasnya.