9.437 Kasus DBD di Jatim Awal 2025, Korban Terbanyak Anak-anak

Ilustrasi - waspada demam berdarah (DBD).

Jurnas.net – Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur mencatat penurunan signifikan jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada awal tahun 2025. Hingga 14 Mei 2025, total kasus DBD yang tercatat dari Januari hingga April mencapai 9.437 kasus dengan angka kematian (Case Fatality Rate/CFR) sebesar 0,57%, menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni 14.634 kasus pada April 2024.

Meski tren penurunan terlihat jelas, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, Erwin Astha Triyono, tetap mengimbau masyarakat untuk tidak lengah dan terus melakukan upaya pencegahan melalui Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

“Trennya memang menurun, tetapi kita tidak boleh lengah. DBD bisa menyerang siapa saja, dari anak-anak hingga orang dewasa. Terlebih, tingkat kematian tertinggi masih didominasi kelompok usia anak-anak,” kata Erwin, Sabtu, 17 Mei 2025.

Erwin menekankan pentingnya Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik yang dilakukan minimal seminggu sekali untuk memeriksa dan memberantas jentik nyamuk. “PSN bisa dilakukan oleh seluruh anggota keluarga melalui pemeriksaan, pemantauan, dan pemberantasan jentik,” katanya.

Lebih lanjut, PSN dilakukan dengan metode 3M Plus, yaitu menguras tempat penampungan air seperti bak mandi, vas bunga, tempat minum hewan peliharaan, dan tatakan dispenser, dan menutup rapat tempat penampungan air (TPA).

Baca Juga : Warga Surabaya Diimbau Waspada DBD, Dampak Transisi Perubahan Iklim

Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.

Sementara “Plus”-nya adalah langkah tambahan seperti menghindari gigitan nyamuk dengan memakai kelambu, obat anti nyamuk, memasang ovitrap, larvitrap, dan mosquitotrap, serta menanam tanaman pengusir nyamuk seperti sereh dan zodia.

Erwin juga mengingatkan bahwa fogging atau pengasapan hanya bersifat tambahan dan tidak boleh dijadikan upaya utama dalam pengendalian DBD. Fogging hanya efektif jika dilakukan bersamaan dengan PSN secara rutin.

“Upaya pencegahan ini tidak bisa dilakukan sendirian. Harus ada kolaborasi antara masyarakat, RT/RW, TP PKK, Karang Taruna, hingga lintas sektor,” katnya.

Sebagai bentuk antisipasi dan kesiapsiagaan, Pemprov Jatim telah mengeluarkan dua surat edaran SE Gubernur Jatim No. 440/6277/012/2024 tentang kesiapsiagaan menghadapi peningkatan kasus dan kematian akibat DBD, dan SE Dinkes Jatim No. 400.7/16383/102.3/2024 tentang kewaspadaan terhadap penyakit musim hujan.

Baca Juga : Puskesmas di Surabaya Diintruksikan Lakukan Penyelidikan Cegah Penularan DBD

Dinas Kesehatan Jatim juga telah melakukan kampanye edukasi melalui media sosial, webinar untuk TP PKK dan organisasi masyarakat, serta koordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota.

Menutup pernyataannya, Erwin mengingatkan masyarakat untuk segera memeriksakan anggota keluarga ke fasilitas kesehatan jika mengalami demam tinggi mendadak yang berlangsung 2–7 hari, karena risiko syok dan perdarahan bisa muncul bahkan setelah demam turun.

“Terapi terbaik untuk DBD adalah pemberian cairan yang cukup dan pemantauan ketat secara klinis serta laboratorium. Semakin cepat ditangani, semakin baik hasilnya,” pungkasnya.