Jurnas.net – Ribuan masyarakat dari berbagai penjuru Blitar Raya dan sekitarnya tumpah ruah di simpang empat Jalan Ir. Soekarno, Kota Blitar, Jumat malam, 20 Juni 2025. Mereka datang bukan hanya untuk mengenang wafatnya Proklamator RI, tapi juga untuk merawat ingatan kolektif bangsa dalam Haul Akbar ke-55 Bung Karno yang pertama kali digelar secara terbuka dan sepenuhnya untuk rakyat.
Dalam suasana penuh khidmat dan kental nuansa kultural, ribuan warga duduk bersila dalam kenduri rakyat, diiringi salawat dan rebana. Mereka membawa tumpeng secara sukarela, mempersembahkan doa dan rasa hormat kepada sosok yang dianggap sebagai “danyang” atau roh penjaga bangsa.
Penceramah kondang KH Ahmad Muwafiq (Gus Muwafiq) mengungkapkan makna mendalam Bung Karno bagi bangsa Indonesia. “Bung Karno itu danyang-nya orang Indonesia. Dalam bahasa Inggris, mungkin kita menyebutnya founding father, tapi dalam kearifan lokal Jawa, danyang itu lebih dari itu dia adalah leluhur yang menjaga, tempat kita kembali,” kata Gus Muwafiq.
Menurutnya, istilah danyang bukan berarti roh penjaga dalam makna mistis, melainkan simbol spiritual leluhur yang menjadi sumber nilai dan jati diri. “Alhamdulillah, masyarakat Indonesia tidak melupakan sejarah, tidak tercerabut dari akarnya,” tambahnya.
Baca Juga : 5.000 Tumpeng Untuk Bung Karno: Simbol Cinta Rakyat dalam Haul ke-55 di Blitar
Haul akbar ini turut dihadiri Ketua DPP PDI Perjuangan Ganjar Pranowo yang hadir mewakili keluarga Bung Karno. Dalam sambutannya, Ganjar menegaskan bahwa Bung Karno bukan hanya tokoh sejarah, melainkan api semangat perjuangan yang tak kunjung padam.
“Bung Karno hidup di hati rakyat Indonesia. Ia adalah simbol harapan dan energi perjuangan. Kalau haul ini digelar rutin tiap tahun, Blitar akan jadi magnet spiritual dan historis bangsa,” kata Ganjar.
Mantan Gubernur Jawa Tengah itu juga menyinggung betapa tidak mudah jalan perjuangan Bung Karno yang penuh tekanan, pengasingan, dan penindasan. “Tapi beliau tetap teguh memperjuangkan kemerdekaan. Sosok luar biasa, pejuang sejati,” ungkapnya.
Ketua DPP PDI Perjuangan MH Said Abdullah juga menegaskan pentingnya generasi muda meneladani ajaran Bung Karno, khususnya Trisakti: berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam budaya.
“Yang paling relevan saat ini adalah Trisakti Bung Karno. Itu harus kita hidupkan kembali dalam kehidupan berbangsa,” ujar Said.
Sementara itu, Wali Kota Blitar Syauqul Muhibbin menyebut Bung Karno sebagai anugerah besar bagi republik ini. “Beliau bukan hanya tokoh nasional, tapi tokoh dunia yang menyatukan rakyat Indonesia dari berbagai latar belakang,” ungkapnya.
Syauqul menambahkan, “Bung Karno adalah simbol konsolidasi dunia menuju keadilan global. Karya dan pikirannya melintasi zaman.”
Haul akbar ini tidak hanya menjadi ruang perenungan sejarah, tetapi juga momentum spiritual untuk memperkuat identitas kebangsaan dan menyatukan kembali rakyat dalam satu nilai: cinta tanah air dan penghormatan terhadap leluhur bangsa.