Jurnas.net – Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kembali menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik yang signifikan pada Selasa, 15 April 2025. Di mana dalam kurun waktu kurang dari 10 jam pada hari ini, tercatat mengalami lima kali erupsi.
“Dan letusan tertinggi mencapai 1.000 meter di atas puncak kawah,” kata petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru, Mukdas Spfian, dalam keterangan tertulisnya.
Mukdas mengatakan, seluruh erupsi terjadi dalam periode pengamatan antara pukul 00.00 WIB hingga 09.30 WIB. Letusan pertama terjadi pada pukul 00.21 dan 00.25 WIB, namun tidak dapat teramati secara visual karena tertutup kabut tebal.
“Kemudian erupsi berikutnya tercatat pukul 05.54 WIB dengan kolom abu setinggi 700 meter mengarah ke timur laut,” katanya.
Baca Juga : Pendakian Gunung Semeru Ditutup Sementara Karena Cuaca Ekstrem
Selanjutnya letusan ketiga terjadi pada pukul 07.32 WIB, menghasilkan kolom abu pekat setinggi 500 meter ke arah barat daya. Sementara erupsi terakhir pada pukul 09.18 WIB, dan memuntahkan kolom abu setinggi 1.000 meter dengan intensitas tebal ke arah yang sama.
Kata Mukdas, peningkatan aktivitas ini bukan tanpa peringatan. Di mana sehari sebelumnya pada Senin kemarin, Gunung Semeru dilaporkan meletus sebanyak 43 kali. Namun, pengamatan visual sebagian besar terhalang kabut.
Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Lumajang, Yudhi Cahyono, mengingatkan bahwa status Gunung Semeru saat ini berada pada Level II atau Waspada.
Ia pun mengimbau kepada masyarakat dan pendaki, untuk tidak beraktivitas dalam radius 8 kilometer dari kawah, terutama di sekitar Besuk Kobokan. Ini untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
“Potensi awan panas guguran (APG) bisa menjangkau hingga 13 kilometer dari puncak. Selain itu, masyarakat dilarang mendekati area sejauh 500 meter dari tepi sungai yang berhulu di Semeru,” katanya.
Ia juga menekankan kewaspadaan terhadap potensi banjir lahar, mengingat curah hujan yang tinggi di kawasan tersebut. Dia juga meminta warga terus memantau informasi resmi, dan tidak mudah terpengaruh oleh kabar yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
“Kondisi hujan bisa memicu banjir lahar dingin yang membahayakan wilayah di sepanjang aliran sungai,” tandasnya.