Jurnas.net – Masyarakat Desa Pematang Gajing, Kecamatan Gunung Malela, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (Sumut), menggelar kegiatan grobyok tikus, Sabtu 15 Februari 2025
Kegiatan itu digelar, sebagai bentuk upaya mendukung program ketahanan pangan nasional yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
Berbagai elemen masyarakat ikut terlibat dalam kegiatan ini. Mulai dari kelompok tani, perangkat desa, hingga anak-anak sekolah yang dengan antusias ikut berburu tikus di sawah. Pemerintah desa memberikan insentif sebesar Rp1.500 per ekor tikus yang berhasil ditangkap, serta hadiah berupa alat pertanian bagi peserta yang berhasil mengumpulkan dalam jumlah banyak.
Kepala Desa Pematang Gajing, Amri Saragih, menjelaskan bahwa program ini bertujuan untuk mengendalikan populasi hama tikus yang selama ini menjadi ancaman bagi hasil panen petani. Menurutnya, serangan tikus sawah dapat menyebabkan penurunan produksi padi hingga 30%, sehingga diperlukan langkah konkret untuk mengatasi permasalahan tersebut.
“Hama tikus menjadi masalah serius bagi petani kami. Jika dibiarkan, populasi tikus akan semakin meningkat dan merugikan hasil panen. Dengan gotong royong seperti ini, kita tidak hanya menekan jumlah tikus di sawah, tetapi juga menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya peran mereka dalam menjaga produktivitas pertanian,” ujar Amri.
Selain itu, Ia juga berharap program ini dapat berkelanjutan dengan keterlibatan aktif masyarakat, sehingga petani bisa lebih sejahtera dan tidak terus-menerus mengalami kerugian akibat serangan hama.
Dalam kegiatan ini, hadir Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara, Darma Putra Rangkuti, yang memberikan apresiasi atas inisiatif Desa Pematang Gajing dalam mendukung program pemerintah di sektor pertanian. Menurutnya, langkah ini sejalan dengan kebijakan Presiden Prabowo Subianto dalam mewujudkan ketahanan pangan dan swasembada energi.
“Program ini patut dicontoh oleh desa-desa lain, terutama di daerah yang menjadi lumbung padi seperti Kabupaten Simalungun. Selain upaya pemberantasan hama, diharapkan pemerintah provinsi juga dapat memperbaiki infrastruktur irigasi guna mendukung ketahanan pangan di Sumatera Utara,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa keberlanjutan program seperti ini perlu mendapat dukungan dari pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya. Selain itu, diperlukan pendampingan teknis bagi petani, baik dalam pengendalian hama maupun peningkatan kualitas produksi pertanian agar program ketahanan pangan bisa berjalan optimal.
Antusiasme masyarakat dalam kegiatan ini terlihat sangat tinggi. Banyak peserta, termasuk anak-anak sekolah, yang turut serta menangkap tikus sebagai bentuk partisipasi dalam menjaga hasil pertanian desa mereka.
Salah satu peserta, seorang petani setempat, mengaku senang dengan adanya program ini karena memberikan manfaat ganda. Selain membantu mengurangi populasi tikus di sawahnya, ia juga mendapatkan keuntungan dari insentif yang diberikan pemerintah desa.
“Kami para petani sering mengalami gagal panen karena tikus. Dengan adanya program ini, setidaknya kami bisa sedikit lega karena jumlah tikus bisa dikurangi secara bersama-sama,” katanya.
Masyarakat berharap agar kegiatan ini bisa menjadi agenda rutin yang melibatkan lebih banyak desa di Simalungun. Mereka juga berharap pemerintah bisa memberikan solusi jangka panjang, seperti pembangunan sistem irigasi yang lebih baik, penyediaan pupuk bersubsidi, serta pendampingan dari tenaga penyuluh pertanian.
Dengan adanya program “Grobyok Tikus Persawahan”, diharapkan ketahanan pangan di Kabupaten Simalungun semakin kuat dan berkelanjutan. Program ini menjadi bukti bahwa sinergi antara pemerintah desa, petani, dan masyarakat dapat menciptakan solusi nyata dalam menghadapi tantangan sektor pertanian.