RI Pacu Industri Hijau: Peta Jalan Dekarbonisasi Targetkan Nol Emisi 2050

Sebuah acara Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2025. (Istimewa)

Jurnas.net – Pemerintah Indonesia semakin serius mengejar target net-zero emission dengan mempercepat transformasi industri nasional menuju emisi nol bersih pada tahun 2050, lebih cepat dari target nasional 2060. Melalui Peta Jalan Dekarbonisasi Industri, pemerintah menyiapkan strategi komprehensif untuk menekan emisi karbon sekaligus menjaga daya saing produk Indonesia di pasar global.

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menjelaskan peta jalan ini dirancang bersama World Resources Institute (WRI) Indonesia dan Institute for Essential Services Reform (IESR), mencakup sembilan subsektor industri paling boros energi, antara lain semen, besi dan baja, pupuk, kimia, pulp dan kertas, tekstil, kaca dan keramik, otomotif, serta makanan dan minuman.

“Transformasi industri hijau bukan hanya soal menjaga lingkungan, tetapi juga menjaga daya saing produk Indonesia di kancah global. Pemerintah menyiapkan insentif fiskal, kemudahan investasi, serta regulasi efisiensi sumber daya untuk memastikan peta jalan ini berjalan,” kata Agus dalam Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2025, ditulis Jumat, 22 Agustus 2025.

Peta jalan ini menargetkan penurunan emisi 66,5 juta ton CO2e pada 2035 dan 289,7 juta ton CO2e pada 2050. Dokumen peta jalan ini bersifat living document yang akan terus diperbarui untuk mencakup sektor-sektor industri lainnya.

Kepala Pusat Industri Hijau Kementerian Perindustrian, Apit Pria Nugraha, menegaskan bahwa strategi dekarbonisasi ini mencakup efisiensi energi dan material, penggantian bahan bakar fosil dengan energi terbarukan, elektrifikasi proses produksi, serta pemanfaatan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon.

CEO IESR Fabby Tumiwa menilai peta jalan ini menjadi kunci mewujudkan ambisi pertumbuhan ekonomi 8 persen Presiden Prabowo Subianto.

“Tanpa transisi energi fosil ke energi bersih, ambisi pertumbuhan itu sulit tercapai. Standar emisi global semakin ketat, dan pasar dunia kini lebih memilih produk rendah karbon. Implementasi peta jalan ini bukan hanya menjaga daya saing ekspor, tetapi juga menarik investasi, menciptakan industri manufaktur hijau, dan membuka lapangan kerja baru,” jelas Fabby.

Baca Juga : SIER-Fairatmos Kolaborasi Kembangkan Proyek Karbon Perkuat Industri Hijau Masa Depan

Nirarta Samadhi, Country Director WRI Indonesia, menegaskan keberhasilan peta jalan ini bergantung pada tiga pilar. Pertama, energi dan material rendah karbon yang terjangkau dan andal.

Kedua, pendanaan dan insentif hijau melalui taksonomi hijau, carbon pricing, dan skema pembiayaan inovatif. Ketiga, kebijakan terpadu dan regulasi ketat yang mendukung pengembangan produk rendah karbon, seperti standar emisi, label hijau, dan pasar domestik produk ramah lingkungan.

Kementerian Perindustrian juga menargetkan peluncuran Laporan Teknis pada September 2025 dan Laporan Kebijakan pada Maret 2026. Selain itu, pada September 2026, pemerintah akan merilis Peraturan Menteri Peta Jalan Dekarbonisasi Industri secara bertahap untuk setiap subsektor.

“Indonesia harus menjadi pemain utama dalam industri hijau global. Kalau tidak, kita akan tertinggal dari negara-negara yang sudah lebih dulu beralih ke ekonomi rendah karbon,” pungkas Agus.