315 Pompa Air di Surabaya Disiagakan Hadapi Puncak Cuaca Ekstrem Pekan Ini

Rumah pompa di Surabaya. (Dok: Humas Pemkot Surabaya)

Jurnas.net – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menyiagakan 315 pompa air untuk menghadapi cuaca ekstrem yang diperkirakan akan berlangsung hingga 10 Januari 2025. Selama periode ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda memprediksi cuaca ekstrem dapat meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi, seperti hujan lebat, banjir, petir, puting beliung, hingga hujan es.

“Pompa-pompa kami mampu menyedot hingga 513 meter kubik air per detik dan membuangnya ke laut,” kata Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya, Syamsul Hariadi, Senin, 6 Januari 2025.

Selain itu, kata Syamsul, pihaknya juga telah menyiapkan sejumlah sarana dan prasarana, seperti menormalisasi box culvert dan menyiagakan 315 unit pompa air di 77 lokasi, untuk mengatasi genangan dan banjir yang dapat ditimbulkan akibat hujan lebat.

“Jika ada genangan yang tak bisa dihindari, kami pastikan tidak akan berlangsung lama karena pompa akan langsung bekerja saat hujan mulai turun,” katanya.

Syamsul mengingatkan pentingnya peran masyarakat dalam menjaga kelancaran operasional pompa air dengan tidak membuang sampah di saluran. “Sampah bisa merusak pompa, seperti yang terjadi di beberapa lokasi, misalnya di Kalisari, di mana dua dari lima pompa berhenti beroperasi karena terhalang sampah,” ujarnya.

Baca Juga : Strategi BPBD Jatim Tangani Bencana Hidrometeorologi Saat Cuaca Ekstrem

Untuk mengatasi banjir rob di wilayah pesisir, lanjut Syamsul, bahwa semua pintu air sudah disiagakan untuk mengantisipasi kenaikan air laut yang dapat menyebabkan banjir rob. “Pintu air sudah ada di semua kawasan Surabaya, kecuali Kalianak, Kali Sememi, dan Kali Krembangan yang masih dalam tahap persiapan,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala BMKG Juanda, Taufiq Hermawan, menjelaskan bahwa saat ini wilayah Jawa Timur termasuk Kota Surabaya, tengah memasuki puncak musim hujan. Gelombang atmosfer seperti Low Frequency yang melintas menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan penghujan di beberapa wilayah.

Selain itu, fenomena La Nina turut mempengaruhi peningkatan potensi bencana hidrometeorologi pada periode ini. “Dalam sepuluh hari ke depan, kondisi cuaca diperkirakan akan tetap ekstrem, dengan curah hujan tinggi, angin kencang, dan kemungkinan terjadinya beberapa jenis bencana hidrometeorologi lainnya,” ujarnya.

Menurut Taufiq, intensitas hujan di Surabaya dalam beberapa hari mendatang diperkirakan akan berkisar antara sedang hingga lebat, dengan durasi yang sulit diprediksi, tergantung pada pertumbuhan awan. “Desember, Januari, dan Februari adalah puncak musim hujan, dan peringatan dini cuaca ekstrem akan terus kami perbarui,” katanya.

Tujuan utama dari peringatan dini yang terus diinformasikan kepada masyarakat adalah untuk meminimalkan kerugian akibat bencana hidrometeorologi, terutama yang dapat membahayakan keselamatan manusia. “Kami berupaya untuk mengantisipasi dampak buruk dari cuaca ekstrem ini bersama Pemkot Surabaya,” pungkasnya.