Pameran Arsip Murid Bagong Kussudiardja Bertajuk Enam Bulan dan Sekian Pertemuan, Dirut SIER: Warisan Tak Ternilai Generasi Mendatang

Dirut SIER, Didik Prasetiyono (baju putih), bersama aktor kondang yang juga putra Bagong Kussudiardja, Butet Kartaredjasa, menghadiri pameran bertajuk ‘Enam Bulan dan Sekian Pertemuan’ yang diselenggarakan Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK). (Dok: Humas PT SIER)

Jurnas.net – Direktur Utama PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), Didik Prasetiyono, memberikan apresiasi tinggi terhadap pameran arsip bertajuk ‘Enam Bulan dan Sekian Pertemuan’ yang diselenggarakan Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK).

Pameran ini memperlihatkan jejak kiprah PSBK sebagai pionir dalam pendidikan seni non-formal di Indonesia, yang menekankan pentingnya seni dan budaya dalam perkembangan masyarakat. Pameran ini dibuka pada Rabu, 9 Oktober 2024, yang juga bertepatan dengan peringatan ulang tahun ke-96 maestro tari Indonesia, Bagong Kussudiardja.

Pembukaan acara ini dimeriahkan dengan serangkaian prosesi budaya, termasuk flashmob Tari Yapong oleh komunitas Bakul Budaya dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, serta prosesi pemotongan tumpeng yang dipimpin oleh aktor kondang yang juga putra Bagong Kussudiardja, Butet Kartaredjasa, dan Direktur Eksekutif PSBK Jeannie Park.

Didik Prasetiyono hadir bersama berbagai insan pemerhati seni diantaranya, Kapolda DIY Irjen Suwondo Nainggolan, dan Rektor ISI Surakarta, Dr I Nyoman Sukerna, serta berbagai seniman nasional lainnya.

Didik menekankan pameran ini bukan hanya bentuk penghargaan terhadap warisan budaya, namun juga menjadi sarana penghubung antara masa lalu, masa kini, dan masa depan seni Indonesia. “Pameran ini sangat inspiratif. Arsip yang ditampilkan tidak hanya mendokumentasikan proses kreatif, tetapi juga menjadi warisan tak ternilai bagi generasi mendatang,” kata Didik.

Baca Juga : SIER Raih Penghargaan ‘Outstanding Green Industrial for Sustainable Economic Growth’ Berkat Inovasi Hijau

Dirut SIER, Didik Prasetiyono (baju putih), bersama aktor kondang yang juga putra Bagong Kussudiardja, Butet Kartaredjasa, menghadiri pameran bertajuk ‘Enam Bulan dan Sekian Pertemuan’ yang diselenggarakan Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK). (Dok: Humas PT SIER)

Sebagai Wakil Ketua Himpunan Kawasan Industri (HKI), Didik juga mengapresiasi PSBK yang terus berperan dalam menjaga kelestarian seni budaya Indonesia. Ia menyoroti kontribusi PSBK dalam membangkitkan kesadaran publik akan pentingnya seni sebagai bagian integral dari kehidupan sosial.

“Kami dari PT SIER mendukung penuh kegiatan semacam ini yang memupuk kreativitas dan inovasi, dua hal yang menjadi pilar penting dalam perkembangan industri di tengah tantangan global,” tambahnya.

Pameran arsip ini juga menandai perjalanan 46 tahun PSBK, yang didirikan oleh Bagong Kussudiardja pada 3 Oktober 1978. Padepokan seni pertama di Indonesia ini berdiri dengan visi mengembangkan apresiasi seni di kalangan generasi muda, terutama di pedesaan, memberikan kesempatan kepada mereka yang tidak dapat melanjutkan pendidikan seni formal, dan mendorong perkembangan seni lokal di daerah masing-masing melalui program cantrik mentrik.

Baca Juga : SIER Industrial Run 2024 Dianggap Terbaik, Sajikan Pemandangan Asri di Pusat Industri

Aktor kondang yang juga putra Bagong Kussudiardja, Butet Kartaredjasa, menghadiri pameran bertajuk ‘Enam Bulan dan Sekian Pertemuan’ yang diselenggarakan Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK). (Dok: Humas PT SIER)

Program cantrik mentrik yang digagas Bagong mengundang perhatian para kurator muda, Alwan Brilian dan Reza Kutjh. Melalui pameran ini, mereka menampilkan ratusan arsip, mulai dari foto, kliping, buku laporan, hingga video latihan, yang menggambarkan semangat pendidikan seni yang terus dijaga oleh PSBK. “Agenda belajar cantrik mentrik bahkan menjadi pondasi mekanisme penyelenggaraan kegiatan padepokan setelah Bagong wafat,” kata Alwan Brilian.

Pameran ‘Enam Bulan dan Sekian Pertemuan’ menjadi saksi nyata perjalanan dan warisan seni Bagong Kussudiardja, mengajak masyarakat untuk terus menghidupkan nilai-nilai budaya yang telah ditanamkan selama puluhan tahun.