Strategi Eri Cahyadi Hadapi Pemotongan TKD: Optimalkan Aset Infrastruktur Surabaya

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi. (Insani/Jurnas.net)
Jurnas.net – Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menyatakan bersiap menghadapi ancaman pemotongan Dana Transfer ke Daerah (TKD) dari pemerintah pusat yang diperkirakan mencapai Rp730 miliar hingga Rp1 triliun pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2026. Kini, ia bersama DPRD Surabaya tengah merancang strategi komprehensif, untuk menjaga stabilitas fiskal sekaligus mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi kota.

“Jika benar terjadi pemotongan TKD, kita tidak boleh panik. Justru ini saatnya kita memperkuat kemandirian daerah melalui optimalisasi aset dan percepatan pembangunan infrastruktur,” kata Eri, Selasa, 14 Oktober 2025.

Menurut Eri, langkah strategis tersebut diyakini dapat meningkatkan nilai ekonomi wilayah sekaligus memperluas basis pajak dan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Ia menilai percepatan pembangunan jalan ganda, pembukaan jalan baru, serta pengembangan kawasan strategis mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.

“Ketika kawasan berubah karena infrastruktur berkembang, maka nilai ekonominya naik, kegiatan usaha tumbuh, dan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Surabaya ikut meningkat,” jelas Eri.

Baca Juga : Layanan Adminduk Gratis, Eri Cahyadi Ingatkan Warga Surabaya Berani Laporkan Pungli

Selain mengandalkan sektor infrastruktur, Eri juga menyebut sektor pariwisata dan perdagangan akan digarap lebih agresif sebagai sumber pendapatan alternatif. Salah satu langkah nyata adalah pelaksanaan program Surabaya Great Sale (SGS) yang dijadwalkan berlangsung Desember mendatang.

Program diskon besar-besaran itu tak hanya menyasar sektor fesyen dan ritel, tetapi juga perhotelan, kuliner, serta jasa pariwisata.
“Kita ingin Surabaya tetap ramai, ekonominya bergerak, dan jadi tujuan utama wisata belanja meski kondisi fiskal sedang menantang,” ujar Eri.

Eri juga menekankan bahwa percepatan pembangunan infrastruktur bukan sekadar proyek fisik, melainkan strategi untuk memperkecil kesenjangan ekonomi antarwilayah di Surabaya. “Ketika daerah pinggiran berkembang, otomatis pertumbuhan ekonomi kota akan lebih merata,” pungkas Eri.