SIER-Fairatmos Kolaborasi Kembangkan Proyek Karbon Perkuat Industri Hijau Masa Depan

Direktur Utama (Dirut) PT SIER Didik Prasetiyono dan CEO dan Founder Natalia Rialucky Marsudi kerjasama kolaborasi kembangkan proyek karbon. (Dok: Humas PT SIER)

Jurnas.net – Komitmen Indonesia menuju ekonomi hijau terus mendapat dukungan dari sektor industri. PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) mengambil langkah nyata dengan menjalin kemitraan strategis bersama Fairatmos, perusahaan teknologi iklim yang fokus pada pengembangan proyek karbon dan solusi dekarbonisasi berbasis sains.

Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan perjanjian di Jakarta, yang dihadiri Direktur Utama (Dirut) PT SIER, Didik Prasetiyono, didampingi Direktur Operasi, Lussi Erniawati. Dari pihak Fairatmos, hadir CEO dan Founder Natalia Rialucky Marsudi serta Head of New Business, Cecilia Natasya.

Kolaborasi ini mencakup penyusunan studi pra-kelayakan (pre-feasibility study) untuk pengembangan proyek karbon di kawasan industri milik SIER. Fokusnya meliputi pengelolaan limbah cair, efisiensi energi, pemanfaatan teknologi rendah karbon, hingga inisiatif reforestasi. Tujuan akhir dari studi ini adalah menghasilkan kredit karbon bersertifikat yang dapat didaftarkan ke Sistem Registri Nasional (SRN) maupun skema internasional seperti Gold Standard.

“Inisiatif ini merupakan langkah strategis kami dalam mengakselerasi transformasi kawasan industri yang tidak hanya efisien dan kompetitif, tetapi juga berkelanjutan,” kata Didik, Sabtu, 14 Juni 2025.

Didik menekankan bahwa masa depan industri bergantung pada adaptasi terhadap tantangan iklim, dan kolaborasi semacam ini adalah bukti nyata dari keseriusan SIER. Menurutnya, kerja sama ini membawa sejumlah nilai strategis, di antaranya pemenuhan prinsip-prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG), potensi pendapatan baru dari perdagangan karbon, serta peningkatan daya saing tenant SIER di tengah tekanan global menuju keberlanjutan.

Fairatmos akan menyediakan dukungan teknologi digital dan keahlian teknis, termasuk pengukuran, pemantauan, pelaporan, dan verifikasi (MRV) proyek karbon. Hal ini penting untuk menjamin akuntabilitas dan kepatuhan terhadap standar nasional maupun internasional.

Dengan regulasi karbon yang semakin ketat seperti pajak karbon dan skema perdagangan emisi kerja sama ini juga menjadi langkah antisipatif. “Kami ingin industri di kawasan SIER tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh dalam ekosistem global yang makin menuntut praktik hijau,” kata Didik, yang juga tengah menempuh pendidikan doktoral di bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia di Universitas Airlangga (Unair).

Baca Juga : Yamaha Apresiasi Iklim Investasi Jatim, SIER Contoh Kawasan Industri Ideal Masa Depan

Direktur Utama (Dirut) PT SIER Didik Prasetiyono dan CEO dan Founder Natalia Rialucky Marsudi kerjasama kolaborasi kembangkan proyek karbon. (Dok: Humas PT SIER)

Sementara itu, CEO Fairatmos, Natalia Rialucky Marsudi, menyambut baik kemitraan ini. Ia menyebut kawasan industri seperti SIER memiliki peran penting dalam pencapaian target iklim nasional.

“Kami percaya SIER bisa menjadi pionir kawasan industri hijau di Indonesia. Kami akan mendampingi dengan pendekatan berbasis data dan teknologi, serta pengalaman lintas sektor,” tandas Natalia.

Fairatmos telah mengembangkan proyek karbon di berbagai wilayah, termasuk pengelolaan limbah industri di Pasuruan, pengolahan sampah di Ponorogo, hingga restorasi ekosistem mangrove dan gambut di Asia Tenggara. Kolaborasi ini memperkuat ekspansi mereka ke sektor industri.

Lebih dari sekadar menghasilkan kredit karbon, kemitraan ini diharapkan menjadi model transformasi industri menuju era rendah emisi yang inklusif, adaptif, dan berkelanjutan. Dengan semangat kolaborasi lintas sektor, kerja sama SIER dan Fairatmos diyakini menjadi fondasi kuat untuk pembangunan kawasan industri hijau masa depan Indonesia.