Dinkes Jatim Optimis Target 14 Persen Penurunan Stunting Tahun 2024

Kantor Gubernur Jawa Timur di Jalan Pahlawan Surabaya. (Insani/Jurnas.net)

Jurnas.net – Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur menarget terus menggenjot upaya penurunan prevalensi stunting pada 2024 ini. Upaya tersebut untuk mengejar angka 14 persen sesuai target prevalensi nasional.

“InsyaAllah kami berupaya untuk melakukan penurunan stunting di 2024 mencapai target 14 persen,” kata Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat Dinkes Jatim, Waritsah Sukarjiyah, Rabu, 15 Mei 2024.

Waritsah menyebut target penurunan 14 persen realistis. Mengingat prevalensi kasus stunting di Jatim terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Berdasarkan data Dinkes Jatim, prevalensi angka stunting tahun 2022 sebesar 19,2 persen, menurun menjadi 17,7 persen di tahun 2023. “Jadi ada penurunan 1,5 persen,” katanya.

Baca Juga : Ribuan Orang Tua di Surabaya Lulus SOTH, Cegah Stunting Lewat Perbaikan Pola Asuh

Tahun 2024 ini, lanjut Waritsah, Dinkes Jatim bersama dinkes kabupaten/kota serta BKKBN, akan berupaya keras untuk mencapai target yang dipatok nasional. Di antaranya berkolaborasi dengan UNICEF.

“Salah satunya pendampingan dengan ibu hamil. Nanti dibarengkan dengan tablet tambah darah untuk ibu hamil, ada juga pembelian multi nutri suplemen. InsyaAllah akan dilaunching Kemenkes pada Juni ini,” ujarnya.

“InsyaAllah 38 kabupaten/kota akan mendapatkan MNS tersebut, kemudian ada tiga kabupaten, Lumajang, Situbondo dan Kediri mendapatkan pendampingan khusus dari UNICEF,” tambahnya.

Pendampingan ini dikarenakan saat ini banyak populosi ibu hamil dan bayi di kabupaten tersebut. Pencegahan stunting sejak dini perlu dilakukan.

Salah satu cara menekan angka stunting yang dilakukan UNICEF sendiri dengan cara meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap gizi kurang dan gizi buruk alias wasting. Peningkatan kesadaran ini dengan menggandeng beberapa kampus. Seperti Unusa dan Universitas Brawijaya.

Baca Juga : Eri Cahyadi Klaim 27 Kelurahan di Surabaya Zero Stunting 

“Kami kenalkan terminologi wasting sebelum stunting. Ini kondisi di mana balita mengalami gizi buruk sebelum stunting. Jadi kalau tak ditangani dengan cepat maka menjadi stunting,” kata Chief Field Office UNICEF Arie Rukmantara.

Kini, lanjut Arie, pemerintah mulai mengkampanyekan cegah wasting sebelum stunting ke seluruh elemen masyatakat, utamanya ibu-ibu muda. Sehingga tidak ada lagi bayi atau balita yang terkena stunting, baik itu di wilayah perkotaan, pedesaan hingaa kepulauan.

“Nah, di Jawa Timur sudah berjalan cegah dini stunting, saat ini pencegahan dilakukan lebih awal lagi. Yaitu pencegahan terhadap wasting,” katanya.