Jurnas.net – Sekretaris 3 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya, Hilman Siregar, mengatakan sebaiknya coblosan ke depan dilakukan tidak secara serentak. Mengingat banyak petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), yang sakit hingga meninggal dunia dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
“Kalau saya pribadi, sebaiknya semuanya jangan berbarengan, terutama untuk para Calon Legislatif (Caleg), itu kan cukup banyak jumlahnya, sehingga untuk menghitungnya sampai subuh,” kata Hilman, saat berada di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Selasa, 27 Februari 2024.
Jika coblosan dilaksanakan dengan waktu yang berbeda atau secara sendiri-sendiri, menurutnya kerja petugas KPPS tidak akan over dan bisa meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan seperti sakit hingga meninggal dunia.
“Saya rasa itu mungkin sudah ada komorbid, tapi saya rasa juga itu karena jam kerja yang terlalu panjang. Jadi faktor kelelahan sangat-sangat berpengaruh,” katanya.
Jam kerja yang terlalu panjang, kata dia, bukan hanya berdampak buruk bagi petugas yang tua, melainkan juga yang masih muda. Oleh karena itu ia menekankan pentingnya mempertimbangkan agar coblosan ke depan tidak lagi dilakukan secara bersamaan.
Seperti diketahui, Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya sebelumnya telah merilis bahwa di ada sebanyak 137 petugas KPPS yang sakit dan dua meninggal dunia. Sedangkan secara luas di Jatim, KPU merinci, saat ini total ada sebanyak 80 petugas pemilu yang meninggal dunia.