Kisah Tukang Pijat Tuna Netra Wujudkan Impian ke Tanah Suci

Kasiyo, 70, tukang pijat tuna netra asal Tabanan, Bali. (Insani/Jurnas.net)

Jurnas.net – Memiliki keterbatasan pada indra penglihatan tak membuat Kasiyo, 70, jemaah haji tuna netra asal Tabanan, Bali, putus asa. Berkat usaha dan doa yang tak mengenal lelah, pria yang berprofesi sebagai tukang pijat ini, kini dapat menunaikan kewajiban rukun Islam ke-5.

Kasiyo yang juga merupakan seorang pensiunan PNS Dinas Sosial Tabanan Bali ini, mengisahkan pertama kali mendaftar haji pada tahun 2013.

“Pada tahun 2011 setelah pensiun, dalam hati saya munculi keinginan yang kuat untuk berangkat haji. Dari situ saya mulai tergerak untuk rutin menabung supaya bisa mendaftar haji,” kata Kasiyo, Senin, 3 Juni 2024.

Untuk mewujudkan impian mendaftar haji, Kasiyo mulai berikhtiar menyisihkan penghasilannya sebagai tukang pijat. Dia mengaku jumlah yang ditabung tak menentu, tergantung banyak dan sedikit pasien yang dipijat.

“Patokannnya adalah penghasilan pijat dari 1-4 pasien untuk kebutuhan keluarga, lebih dari itu saya sisihkan. Jadi jika satu hari saya memperoleh tiga pasien, berarti hari itu saya tidak menabung untuk haji. Apabila sehari ada enam pasien, penghasilan dari empat pasien saya pakai kebutuhan keluarga, sedangkan penghasilan dari dua pasien untuk tabungan haji,” kata pria kelahiran Solo ini.

Baca Juga : Kisah Perjuangan Pemulung Bisa Naik Haji Setelah 13 Tahun Menabung

Setelah menunggu selama 11 tahun, Kasiyo sangat bersyukur tahun ini ia mendapat panggilan untuk berangkat haji. “Alhamdulillah, akhirnya cita-cita saya untuk berhaji ke tanah suci bisa terwujud,” ujarnya.

Dia mengaku meskipun telah mengalami kebutaan sejak usia dua tahun karena mengalami panas tinggi, dirinya tetap optimis dalam menjalani kehidupan ini. “Saya sudah bisa memijat mulai tahun 1975 ketika saya lulus sekolah,” katanya.

Kini, Kasiyo yang tergabung dalam kloter 72 bersama jemaah haji Provinsi Bali, dan telah terbang ke tanah suci. Semoga di tanah suci saya bisa menunaikan ibadah haji dengan baik dan benar serta diberi kemudahan dan kelancaran. Saya berdoa selalu diberi kesehatan dan keselamatan, dan bisa pulang ke Bali dengan menjadi haji yang mabrur,” katanya.

Dia juga mendoakan agar istri dan keluarga tercinta juga memperoleh kesempatan ke tanah suci menjadi tamu Allah SWT. “Dulu belum bisa mendaftar berdua bersama istri, karena saat itu uangnya hanya cukup buat saya mendaftar sendiri. Semoga Allah SWT memberikan kesempatan pada keluarga kami untuk bisa berhaji,” pungkasnya.