Jurnas.net – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Jatim Melawan menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD Jawa Timur, Selasa, 6 Mei 2025. Mereka membawa sederet tuntutan seputar dunia pendidikan, termasuk dugaan praktik pungutan liar (pungli) di sekolah negeri yang dinilai makin marak.
Dalam aksi tersebut, mahasiswa ditemui oleh anggota Komisi E DPRD Jatim, Suli Daim. Namun, dialog yang berlangsung justru memicu kekecewaan di kalangan massa aksi. Respons yang diberikan Suli Daim dinilai normatif dan tidak menyentuh akar masalah.
“Kami datang membawa data, bukan asumsi. Ketika kami tanya soal pungli berkedok komite sekolah di SMAN 1 Turen, jawaban Pak Dewan sangat normatif, bahkan tidak tahu data angka putus sekolah di kabupaten,” teriak salah satu mahasiswa dalam orasinya.
Suli Daim, yang juga diketahui menjabat Ketua Komite SMAN 9 Surabaya, dianggap tidak netral dalam menanggapi kasus-kasus komite sekolah yang disinyalir menjadi dalih pungutan. Mahasiswa juga menuding anggota DPRD itu lebih sibuk di ruang-ruang komite daripada memperjuangkan akses pendidikan yang adil.
Para mahasiswa itu juga menyoroti sistem pendidikan yang semakin komersial dan eksklusif, termasuk jalur mandiri masuk perguruan tinggi yang dinilai tidak berpihak pada rakyat kecil. Mereka mendesak agar DPRD Jatim tak sekadar menampung aspirasi, tetapi menjadi jembatan ke pemerintah pusat.
“Kami butuh solusi konkret, bukan klarifikasi kosong. Ini tentang nasib ribuan pelajar dan mahasiswa di Jawa Timur,” kata perwakilan BEM UIN Sunan Ampel, Dean.
Baca Juga : Skandal Rp569 Miliar Bank Jatim Mengambang: Rekomendasi DPRD Terkunci di Meja Pimpinan DPRD Jatim
Ironisnya saat aksi berlangsung, mayoritas anggota DPRD Jatim justru tidak berada di tempat. Gedung wakil rakyat itu tampak sepi karena banyak legislator sedang melakukan kunjungan kerja ke Jakarta, Kediri, dan Sidoarjo.
“Gedung rakyat, tapi wakil rakyatnya malah sibuk jalan-jalan. Kalau tidak hadir di tengah rakyat, lalu untuk siapa mereka bekerja,” sindir seorang mahasiswa dengan nada geram.
Aksi itu berlangsung damai dengan pengamanan ketat aparat kepolisian. Puluhan massa aksi tertahan di luar pagar kawat berduri yang dipasang di halaman gedung DPRD. Kemudian masiswa membubarkan barisan, kecewa terhadap janji manis DPRD Jatim.