Payah! Pemprov Jatim Baru Gerak Setelah 6 Ribu Sapi Terjangkit PMK 

Sapi ternak di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. (Dok: Humas Pemkab Banyuwangi)

Jurnas.net – Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kembali menimpa populasi sapi ternak di berbagai daerah di Jawa Timur. Berdasarkan data Dinas Peternakan Jatim, mencatatkan 6.072 kasus PMK, dengan angka kematian 282 ekor sapi sejak periode November hingga Desember 2024.

“Penyebaran PMK ini sangat cepat, sehingga kami segera mengambil langkah cepat untuk menangani kasus yang ada. Tim kesehatan hewan kami sudah dikerahkan untuk melakukan pemeriksaan, dan penanganan pada sapi yang terpapar,” kata Pj Gubernur Jatim, Adhy Karyono, Senin, 6 Januari 2025.

Sejak awal Januari 2025, lanjut Adhy, kasus PMK pada sapi ditemukan di sejumlah kabupaten/kota di Jatim, di antaranya Sidoarjo, Jember, Pasuruan, dan Banyuwangi. Penyakit ini dapat menyebabkan demam, luka pada mulut, kuku yang pecah, dan kesulitan makan bagi sapi.

“Sebagian besar kasus PMK yang ditemukan berada pada sapi yang baru saja dipindahkan atau dibeli dari luar daerah di Jatim,” katanya.

Menurutnya, penyakit ini seringkali menular lewat kontak langsung antara hewan yang terinfeksi dan yang sehat, serta bisa juga melalui udara atau peralatan yang digunakan bersama. Oleh karena itu, Pemprov Jatim menggandeng dinas peternakan dan kesehatan hewan setempat untuk memperketat pengawasan di pasar hewan dan tempat-tempat ternak.

Baca Juga : Viral Sekelompok Pemuda Diduga Gangster Bacok Pemotor di Surabaya

Selain itu, pihaknya juga sudah menginstruksikan untuk melaksanakan vaksinasi terhadap sapi-sapi yang berpotensi terjangkit. “Langkah pertama yang kami lakukan adalah melakukan isolasi terhadap sapi yang terpapar PMK. Selain itu, kami akan melakukan vaksinasi massal di daerah-daerah yang rawan, untuk memastikan agar tidak ada lagi penularan lebih lanjut,” ucapnya.

Kata Adhy, bahwa PMK memiliki dampak signifikan terhadap sektor peternakan, terutama pada produktivitas sapi. Sapi yang terinfeksi dapat mengalami penurunan berat badan, kesulitan makan, dan bahkan mati jika tidak segera diobati.

Oleh karena itu, Adhy menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah daerah dan peternak untuk meminimalisir penyebaran PMK. Pemprov Jatim, kata dia, akan menyediakan bantuan berupa obat-obatan dan vaksin, serta mendukung pemerintah kabupaten dan kota dalam penanganan kasus ini.

“Selain vaksinasi, kami juga akan memberikan bantuan untuk pengobatan sapi yang terinfeksi, serta memperketat protokol kesehatan di daerah-daerah yang terdampak. Kami mendorong para peternak untuk melaporkan jika ada tanda-tanda PMK pada sapi mereka,” ujarnya.

Selain itu, Adhy juga mengimbau masyarakat untuk tidak membeli sapi dari sumber yang tidak jelas atau yang diduga terinfeksi. “Kami akan terus memantau pergerakan hewan ternak antar daerah, agar penyebaran PMK dapat dicegah secepatnya,” katanya.

“Kami menghimbau agar peternak segera melapor ke petugas kesehatan hewan jika ada tanda-tanda PMK pada sapi mereka. Dengan deteksi dini, penanganan bisa dilakukan lebih cepat,” tambahnya.