Angka Kemiskinan Jatim Diklaim Menurun Tertinggi se-Pulau Jawa

Pj Gubernur Jatim, Adhy Karyono, jumpa pers di BPS Jatim. (Dok: Humas Pemprov Jatim)

Jurnas.net – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat angka kemiskinan di wilayahnya mencapai 9,79 persen pada periode Maret 2024. Angka itu menurun sebesar 0,56 persen poin dibandingkan Maret 2023 mencapai 10,35 persen.

“BPS merilis angka kemiskinan Jatim per Maret 2024 mencapai 9,79 persen. Alhamdulillah ada penurunan sebesar 0,56 persen dari tahun 2023,” kata Penjabat (Pj) Gubernur Jatim, Adhy Karyono, Selasa, 2 Juli 2024.

Adhy menyebut angka kemiskinan Jatim mencapai 9,79 persen ini, menjadi kali pertama berada di bawah 10 persen selama beberapa tahun terakhir. Karena sejak tahun 2020, persentase angka kemiskinan di Jatim selalu berada di atas 10 persen.

Pada 2020, persentase kemiskinan Jatim sebesar 11,09 persen, naik menjadi 11,4 persen pada 2021. Kemudian turun menjadi 10,38 persen tahun 2022, turun lagi menjadi 10,35 persen pada tahun 2023. Selanjutnya turun signifikan 0,56 persen poin pada tahun 2024 menjadi 9,79 persen.

“Angka kemiskinan itu membuat penurunan tertinggi se-Pulau Jawa. Dengan angka itu, saya optimistis bulan Juli ini bukan turun satu digit, melainkan mampu menghilangkan kemiskinan ekstrem di akhir tahun 2024,” ujarnya.

Baca Juga : Peran Aktif PPPK Banyuwangi Mampu Tekan Kemiskinan Jadi 7,34 Persen di 2023

Menurutnya, capaian luar biasa menurunkan angka kemiskinan tidak lepas dari intervensi, dalam bentuk program penanggulangan kemiskinan yang dikemas dalam Jatim Satya yakni Jatim Sejahtera dan Mulia. Kata dia, ada tiga strategi yang membuat Jatim, secara perlahan-lahan mampu menurunkan angka kemiskinan.

Pertama, memenuhi kebutuhan dasar dan mengurangi beban pengeluaran berupa PKH Plus, Asistensi Sosial Penyandang Disabilitas (ASDP), Pembiayaan Kesehatan Untuk Masyarakat Miskin (Biakesmaskin) Pendidikan Gratis Berkualitas (KANTISTAS) melalui Biaya Penunjang Operasional Penyelenggaraan Pendidikan (BPOPP).

“Realisasi pemanfaatan PKH pada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Jatim sudah mencapai 98,51 persen periode Maret-April 2024,” ujarnya.

Kedua, meningkatkan pendapatan berupa Program Pemberdayaan Usaha Perempuan (Jatim Puspa), Program Pemberdayaan Ekonomi Kolaboratif, Inklusif, Berkelanjutan, Mandiri dan Sejahtera (Peti Koin Bermantra). Kemudian Program Kredit Sejahtera (Prokesra), bantuan permodalan untuk bumdesa, bantuan usaha untuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan bantuan usaha untuk Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE).

“Penyaluran kredit UMKM pada triwulan I 2024 mencapai Rp217,79 triliun atau tumbuh 7,39 persen secara year on year. Kinerja penyaluran kredit UMKM skala mikro tercatat tumbuh 10,82 persen dan kinerja penyaluran kredit UMKM skala kecil tumbuh 4,90 persen secara year on year,” ujarnya.

Ketiga, mengurangi wilayah kantong-kantong kemiskinan berupa rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) bekerja sama dengan Dinas PU Bina Marga, Kodam V/Brawijaya dan Lantamal V, kemudian jambanisasi serta program elektrifikasi.

“Angka kemiskinan yang menurun menunjukkan upaya penanggulangan kemiskinan di Jatim dilakukan secara komprehensif dan terintegrasi. Baik secara ekonomi makro maupun intervensi program dengan menggenjot pertumbuhan ekonomi Jatim di atas 5 persen pada tahun 2024,” jelasnya.

Baca Juga : Tertibkan Rumah Berisi Puluhan KK Upaya Pemkot Tekan Kemiskinan di Surabaya

Adhy menambahkan target menurunkan angka kemiskinan berdasarkan patokan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) sebesar 9,4. Menurutnya, hal itu bisa terwujud karena program masih harus diselesaikan hingga Desember 2024.

“Tahun 2025 memulai dengan program yang baru namun desainnya sudah mulai terlihat. Kita meyakini mampu meraih target RPJPD di tahun 2025 sebesar 9,4 karena pergerakan kita semakin bagus,” tandasnya.