Kisah Inspiratif Jukir di Jombang Bisa Berangkat Haji Setelah 13 Tahun Menabung

Salamun, 64, warga Kabupaten Jombang, bekerja sebagai juru parkir (jukir). (Dok: Humas AHES Surabaya)

Jurnas.net – Tak semua orang berduit bisa berangkat ke Tanah Suci Mekah. Salamun, 64, tiap harinya bekerja sebagai juru parkir (jukir), merasa senang bisa berangkat melaksanakan ibadah haji tahun ini, setelah 13 tahun menabung.

Bermodalkan peluit kecil, Salamun memarkirkan kendaraan di kawasan pertokoan depan kampus Universitas Darul Ulum (Undar), Jalan Gus Dur, Jombang, Jawa Timur. Uang yang diterima dari jasanya itu dikumpulkan.

Rezeki itu kemudian ia bagi untuk kebutuhan keluarganya, anak dan istri serta ditabung di kotak ajaib yakni celengan yang terbuat dari kayu. Kemudian uang dalam celengan itu dikumpulkan demi bisa menunaikan rukun Islam kelima naik haji.

Hasilnya, kerja keras dan jerih payahnya bekerja di atas terik matahari serta guyuran hujan berbuah manis. Uang tabungannya itu, mampu membawa ia dan istri tercinta Sukarti menjadi tamu Allah di kota suci Mekkah.

Salamun mengaku dari penghasilan sebagai jukir tak menentu, tergantung ramai dan tidaknya kendaraan yang diparkir. Nilainya mulai dari Rp5.000 hingga Rp15.000. Namun ia rajin menabung sejak tahun 2005.

“Tapi sebelum uang dimasukkan ke celengan, saya rutin bangun malam untuk salat tahajud setiap hari,” kata Salamun, Rabu, 29 Mei 2024.

Baca Juga : Kisah Inspiratif Buruh Cangkul Wujudkan Impian Berangkat Haji

Tepatnya pada tahun 2011, Salamun mengaku membuka kotak kayu berisi tabungan tersebut. Total uang yang telah ditabung mencapai Rp25 juta. Dengan hati gembira penuh syukur, Salamun pun mendaftar haji. “Alhamdulillah terkumpul Rp25 juta, sampai ada yang dimakan rayap,” katanya.

Agar bisa menabung untuk pelunasan, Salamun semakin bersemangat untuk bekerja. Selain menjadi jukir, Salamun mengaku juga menjual minuman kemasan di tempat ia biasa mangkal.

Tahun 2016 ketika Salamun sedang melaksanakan pekerjaan sebagai juru parkir, ada orang yang mengingatkannya, kalau ia tidak segera mendaftarkan istrinya maka mereka tidak akan bisa segera berangkat bersama.

“Awalnya saya memang hanya mampu mendaftar haji untuk saya sendiri. Saat itu saya masih ada tanggungan membayar biaya kuliah dua anak, serta seorang anak yang masih SMA,” ujarnya.

Baca Juga : Kisah Inspiratif Tukang Pijat Asal Surabaya Bisa Naik Haji Setelah 24 Tahun Menabung

Salamun pun memecah celengan yang ia punya sebagai modal sang istri untuk mendaftar haji. “Waktu itu tabungan saya terkumpul Rp6 juta. Agar mencukupi untuk mendaftar haji, saya meminjam dana talangan haji di KBIH,” katanya.

Setelah menunggu selama 13 tahun, kini Salamun dan istrinya Sukarti, memperoleh panggilan menjadi tamu Allah SWT ke Tanah Suci Mekah. Salamun semakin bahagia karena dia bisa berangkat bersama istrinya lewat kuota penggabungan.

“Semoga anak-anak, cucu-cucu, para saudara dan tetangga, serta semua orang yang pernah memberi saya uang, bisa dipanggil ke tanah suci semua,” pungkasnya.