Jurnas.net – Di balik tembok tinggi dan pintu-pintu besi Rumah Tahanan Perempuan Kelas IIA Surabaya, terdengar suara mesin jahit yang berdengung pelan. Bukan sekadar bunyi aktivitas rutin, melainkan tanda kehidupan baru yang sedang dirajut dari potongan-potongan masa lalu.
Hari itu, terik matahari membakar jalanan Kota Delta. Namun semangat tim dari PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) tak surut sedikit pun. Dipimpin oleh Kepala Departemen TJSL dan Keberlanjutan, Puspita Ernawati, mereka menyambangi rutan yang berlokasi di Kebonagung, Sidoarjo, membawa misi sosial dalam balutan program Corporate Social Responsibility (CSR).
Kehadiran mereka disambut hangat oleh jajaran rutan, termasuk Kepala Rutan Widyawati dan Kasubsi Bimbingan Kegiatan Comi Hendariswati. Seremoni serah terima bantuan CSR dilakukan di aula utama rutan, menandai komitmen SIER dalam mendukung rehabilitasi sosial para warga binaan.
Namun momen paling menyentuh tak terjadi di aula. Ia hadir dalam ruang sederhana, tempat seorang perempuan paruh baya bernama Herna tenggelam dalam aktivitas menjahit. Di depan mesin jahit baru yang disumbangkan oleh SIER, Herna merangkai mimpi dengan benang dan kain. “Menjahit membuat saya merasa senang dan bahagia,” kata Herna, dengan mata berbinar, Jumat, 2 Mei 2025.
Baginya, mesin itu lebih dari sekadar alat ia adalah simbol kesempatan kedua, jembatan menuju kemandirian. Bantuan yang diberikan PT SIER mencakup beragam fasilitas pelatihan keterampilan, mulai dari green house dan alat hidroponik, traktor, oven kue, peralatan salon, hingga mesin jahit. Semua ini menjadi sarana untuk membekali warga binaan dengan keahlian yang dapat dijadikan pegangan hidup setelah masa hukuman usai.
Baca Juga : May Day 2025, SIER: Sinergi Pekerja dan Dunia Usaha Kunci Ketahanan Industri Nasional
Kepala Rutan Widyawati menyebut program ini sebagai bagian penting dari proses pembinaan. “Bantuan ini menjadi modal berharga bagi warga binaan untuk membangun kompetensi dan kesiapan kembali ke masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Puspita Ernawati menekankan bahwa kegiatan ini selaras dengan prinsip-prinsip Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam aspek pendidikan vokasi, pemberdayaan perempuan, dan peningkatan kualitas hidup.
“Kami percaya bahwa pelatihan di dalam rutan dapat menjadi kunci reintegrasi sosial yang positif. Mereka berhak mendapat kesempatan untuk memulai kembali,” ungkapnya.
Apresiasi juga datang dari Kementerian BUMN. Edi Eko Cahyono, Asisten Deputi Bidang TJSL, menilai program ini sebagai wujud nyata kontribusi sosial BUMN. Menurutnya, inisiatif seperti ini mencerminkan nilai-nilai AKHLAK dan seharusnya menjadi inspirasi bagi BUMN lainnya.
“Sinergi ini patut didorong agar lebih banyak warga binaan yang mampu bangkit dan hidup mandiri setelah menjalani masa hukumannya,” pungkas Edi.
Program CSR SIER bukan sekadar kegiatan seremonial. Ia hadir sebagai bentuk keberpihakan terhadap masa depan yang mungkin telah retak, namun belum hancur. Di balik jeruji besi, asa sedang dijahit ulang—dengan ketekunan, pelatihan, dan keyakinan bahwa setiap orang layak mendapat kesempatan kedua.